Sehari Terpilih Sebagai Ketua Komite I DPD RI, Senator Fachrul Razi Ziarah dan Berdoa di Makam Tjut Nyak Dhien

Iklan Semua Halaman


.

Sehari Terpilih Sebagai Ketua Komite I DPD RI, Senator Fachrul Razi Ziarah dan Berdoa di Makam Tjut Nyak Dhien

Redaksi @ reaksinews.id
Senin, 23 Agustus 2021


Reaksinews.id
| Jawa Barat -  Dalam kunjungan kerjanya Ketua Komite I Fachrul Razi bersama Ketua DPD RI ke Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu dan Minggu (22/8/2021).


Ketua Komite I DPD RI Fachrul Razi, menyempatkan diri berziarah ke Makam Tjut Nyak Dhien, pejuang wanita asal Aceh di Sumedang Jawa Barat. 


Makam pahlawan nasional itu berada di Kampung Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. 


"Saya kebetulan juga berasal dari Aceh, maka Dalam berbagai kesempatan, saya selalu mengingat pesan para leluhur atas. Jasa pahlawan harus kita kenang dan akhirnya saya harus ziarah ke makam Tjut Nyak Dhien ini sekaligus mengingat kembali perjuangannya berperang mengusir penjajah di tanah Aceh," kata Fachrul Razi


Keberadaan Makam Tjut Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959, setelah Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan, meminta untuk dilakukan pencariannya di Sumedang berdasarkan data Belanda.


Dalam dokumennya, Pemerintah Belanda hanya menyebut pada tahun 1906 ada satu tahanan politik perempuan Aceh yang dikirim ke Sumedang. Dia diasingkan bersama seorang panglima berusia 50 tahun dan seorang kemenakannya bernama Teungku Nana yang berusia 15 tahun.


Tjut Nyak Dhien menghabiskan dua tahun hidupnya di Sumedang. Pada 6 November 1908, Cut Nyak Dien wafat dalam usia 60 tahun.


Selama pengasingan Tjut Nyak Dhien mengisi waktunya dengan mengajar penduduk sekitar mengaji Al Quran. Hingga akhirnya penduduk Sumedang lebih mengenal Tjut Nyak Dhien dengan nama Ibu Prabu atau Ibu Suci.


Pada batu nisan makam Tjut Nyak Dhien, diketahui terangkum riwayat hidupnya, kemudian tertera juga surah at-Taubah dan al-Fajr, serta hikayat rakyat Aceh.


Tjut Nyak Dhien seorang diri memimpin perjuangan rakyat Aceh dalam melawan Belanda setelah suaminya, Teuku Umar, wafat pada 1899. Pasukannya bergerilya di pedalaman Meulaboh. 


Setelah bertahun-tahun berperang, dia tertangkap Belanda. Karena saat ditahan di Aceh masih berhubungan dengan pejuang lainnya, Tjut Nyak Dhien kemudian diasingkan ke Sumedang.


Dirinya berniat akan melanjutkan napak tilas ini ke beberapa makam makam Pahlawan Aceh. Baik yang ada di Aceh maupun di luar Aceh. "Ini adalah napak tilas pertama, dan Insya Allah akan dilanjutkan ke seluruh makam pahlawan dan ulama di Aceh," tutupnya.