BIREUEN | Sabar adalah satu kata mantra yang setiap saat diucapkan seseorang kepada sesamanya yang sedang di rundung musibah atau yang sedang melakukan perjuangan hidupnya. Kata sabar bisa membius bagi seseorang yang sedang galau dan sedih. Kata sabar ringan didengar namun sangat sulit dipraktikkan, karenanya perlu latihan terus menerus tanpa mengenal ruang dan waktu.
Oleh karena itu sabar adalah sekolah yang tidak akan pernah selesai selama manusia itu masih hidup. Ijazah sabar hanya diberikan dan diwisuda oleh Allah, bukan manusia. Landasan sabar di dalam Islam dikenal banyak Hadis yang menjelaskan soal anjuran untuk berlaku sabar dan keutamaan bersabar. Salah satunya seperti diriwayatkan dalam Hadis riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu dari Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam An Nawawi:
"Sesungguhnya Allah SWT berfirman, 'Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua yang dicintainya, kemudian dia bersabar, maka Aku akan mengganti keduanya itu untuknya dengan surga'." Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, sabar artinya menahan diri dari rasa gelisah, cemas dan amarah; menahan lidah dari keluh kesah; menahan sikap batin dari kekacauan.
Ulama M Quraish Shihab merumuskan pengertian sabar sebagai "menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik dan luhur". Allah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 58 dan 69 yang berbunyi:
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ نِعْمَ اَجْرُ الْعٰمِلِيْنَۖ ٥٨ الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ ٥٩
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan,” (yaitu) orang-orang yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya.” (QS. Al-'Ankabut: 58 dan 59) Allah SWT juga menjelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 153:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٣
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153) Resep dan anjuran untuk bersabar memiliki dimensi batin seseorang agar lebih tenang dan memilik dimensi ukhrawi sebagai balasan Allah di akhirat.
Hadist tentang ujian dan cobaan ini didasarkan dari Ali bin Abi Thalib Ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menghindari kemaksiatan. Siapa yang sabar dalam menghadapi musibah sehingga mampu menjalaninya dengan baik, dengan segala kekuatan hatinya, maka Allah akan mencatat untuknya sebanyak 300 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara langit dengan bumi.
Siapa yang sabar dalam menjalankan ketaatan, maka Allah akan mencatat untuknya 600 yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy. Siapa yang sabar dalam menghindari kemaksiatan, maka Allah akan mencatat untuknya 900 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak dua kali antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy." (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Abid Dun-ya dan Dailami).
Spektrum sabar Hadist di atas sudah menerangkan dengan begitu jelas bahwa sabar itu ada 3 macam, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menerima takdir yang pahit. Menjalankan tiga spektrum kesabaran tersebut memang berat. Tapi dalam praktiknya yang paling berat adalah menjalankan sabar dalam ketaatan.
Di sinilah puncak ujian dari Allah kepada manusia untuk melihat keikhlasan taat beribadah. Jika seseorang lulus dalam bersabar dalam spektrum ini, maka sabar dalam spektrum lainnya dapat dilalui. Allah Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ
وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ٢٠٠
“Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron : 200). Dalam ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang mukmin sesuai dengan konsekuensi dan besarnya keimanannya dengan 4 hal, yaitu: shobiru, shoobiru, robithu, dan taqwa kepada Allah.
Shobiru berarti menahan diri dari maksiat. Shoobiruu berarti menahan diri dalam melakukan ketaatan. Roobithu adalah banyak melakukan kebaikan dan mengikutkannya lagi dengan kebaikan. Sedangkan taqwa mencakup semua hal tadi. Dengan mampu melakukan kesabaran dalam ketaatan berarti seseorang beribadah itu tidak membebani pada dirinya, sekaligus kuat dan teguh dalam meninggalkan maksiat.
Sabar menghadapi takdir yang pahit Adapun sabar dalam menerima taqdir akan lebih mudah karena di dalam diri seseorang itu sudah tertanam penyerahan total kepada Allah sebagai hambanya. Takdir Allah itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk takdir Allah yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur.
Syukur adalah wujud buah dari ketaatan. Sedangkan takdir Allah yang dirasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah dalam berbagai bentuk kesusahan akan di nilai sebagai sapaan Allah yang sedang merangkul hambanya. Jadi, hendaklah seseorang sabar dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan pada lisannya, hatinya, dan tingkah lakunya. Kelima nabi yang sabar itu adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad yang digelari sebagai ‘ulul azmi’ dapat menjadi suri tauladan dalam bersabar. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahqaf ayat 35:
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ اُولُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَّهُمْ ۗ كَاَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوْعَدُوْنَۙ لَمْ يَلْبَثُوْٓا اِلَّا سَاعَةً مِّنْ نَّهَارٍ ۗ بَلٰغٌ ۚفَهَلْ يُهْلَكُ اِلَّا الْقَوْمُ الْفٰسِقُوْنَ ٣٥
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.
Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah).” (QS. Al-Ahqaf: 35) Ramadhan adalah tempat penggemblengan agar kita selalu bersabar, tidak saja urusan tidak makan dari fajar sampai maghrib, lebih dari itu yaitu menyangkut totalitas penghambaan diri kita kepada Allah sebagai wujud dari takwa.
Ramadhan di Kota Serang, Ini 5 Kegiatan yang Boleh dan yang Dilarang Orang yang sabar pasti banyak bersyukur, memahami makna hidup yang sesungguhnya hanya untuk beribadah, yakin terhadap pilihan Allah adalah yang terbaik, memiliki mental yang kuat, dan akan disenangi sesama manusia karena sifat keramahannya. Kalau sudah demikian, apa kunci kebahagiaan? Satu kata, sabar! .(Sambar)