Perahu Kehidupan Terombang-ambing dilautan Kenangan

Iklan Semua Halaman


.

Perahu Kehidupan Terombang-ambing dilautan Kenangan

Redaksi @ reaksinews.id
Kamis, 15 September 2022
Foto: Ilustrasi Perjalanan Melaut Perdana Haikal bersama Bahar

ACEH | Minggu (11 September 2022) menjadi suatu pagi terindah nan menyenangkan bagi Haikal, dimana diizinkan ummi mengantar sarapan pagi buat ayah yang keseharian nya melaut (nelayan). Sesampai di tepian pantai melihat sang ayah tengah mengais rezeki berupa hasil tangkapan dilaut semalaman,

Terlena tatkala melihat sang ayah sibuk mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan yang sedang dibongkar dari perahu. Sontak, Haikal dikejutkan dengan sebuah pertanyaan", Kok ngak sekolah? ayahnya mempertanyakan.

" Libur yah, kan hari Minggu.! tadinya sudah di izinkan ummi kesini, Haikal menjelaskan.

Ya sudah ndak apa, bawa aja ke sana sarapan, sembari sang ayah mengarahkannya ke suatu tempat. Sambil berlarian, Haikal menyusuri sepanjang pantai yang dipenuhi rasa girang, senang dalam susana bebas. 

Dalam hati kecilnya menyadari, dimana lingkungan di persekitaran Kuala (Muara) rentan dan berbahaya. Seketika itu juga terdengar "Hati-hati nak" ayahnya mengingatkan.

Secara tidak sengaja pada waktu yang bersamaan, Haikal melihat "Bahar" melambaikan tangan kearahnya seraya mengatakan", Naik yuk,

Haikal terdiam, gelombang air laut serta gemuruhnya suara pecahan ombak ditepian pantai, dengan isyarat  disampaikan kepada Bang Bahar bahwasanya"Aku Takut",

Ndak Apa-apa, kesini aja, kata bahar, rasa takut yang berlebihan mengalahkan keinginan Haikal untuk menaiki perahu, sehingga melirik kearah ayahnya dalam artian meminta persetujuan, 

Melihat ayahnya tersenyum membuat Haikal sedikit lega, sungguh tidak terbayang dan diluar dugaan" Ya sudah temanin aja si Bahar, terdengar ucapan dari sang ayah.

Mendapat sinyal baik (izin) tersebut, seketika Haikal berlarian ke arah  Bahar yang sudah siap berlayar dengan perahu, selanjutnya perlahan bergerak menuju ke tengah lautan. Melihat ombak (gelombang) air menghantam dinding perahu yang dinaiki, 

Ketakutan Haikal kembali menerpa, namun sang nakhoda (Bahar) menyadari seraya mengatakan, tenang saja, suasana laut terkadang bergelombang dan ada kalanya teduh,

Perahu terus bergerak membelah gelombang laut yang kadang riuh dan ada kalanya tenang. Terbuai suasana sunyi dalam menikmati semilir angin laut bertiup lembut bak umpama bisikan halus  lewat telinga, 

Seketika, Haikal dikejutkan oleh ombak laut yang bergemuruh yang mulai bertingkah, disertai badai dan kilatan petir bersahutan hingga mengombang-ambing perahu tumpangannya. Dimana hal tersebut dikisahkan ke ayah sepulang dari perjalanan melaut kenangan perdananya.

Foto: Penulis, Hasan Basri S.Pd, MM

Khaliluddin (Ayah) fokus mendengar kisah perjalan melaut Haikal bersama Bahar, lalu menanggapi melalui sebuah kisah dan inspiratif,

"Begitulah hakikatnya sebuah Armada ketika berlayar di tengah lautan. Bagaimana kuatnya siperahu mampu menahan ombak yang menerpa pada saat terombang-ambing akibat badai, bahkan ada diantaranya yang sempat juga tenggelam begitu saja tanpa perlawanan.

Sejatinya "Kehidupan ini juga dapat di tamsilkan dengan sebuah Armada laut berbentuk perahu ataupun kapal, pada saat memulai perlayaran tanpa mengetahui apa saja yang bakal terjadi dan dihadapi di tengah lautan. Namun hanya ada satu pilihan yang menjadi Komitmen "Akan tetap berlayar hingga ianya mencapai tujuan akhir atau destinasi target pemberhentiannya.

Senang, susah ,sedih dan bahagia itu merupakan Sunnatullah yang mengiringi dan kerap di alami oleh insan (manusia) dalam menjalani kehidupan ini. Sehingga tidak seharusnya larut dengan setiap persoalan, diam, menangis, menjerit atau apa yang dilakukan seolah -seolah sudah pupus akan harapan perjalanan panjang sebuah kehidupan. 

Yakinlah bahwa Allah menguji setiap hambanya dengan berbagai perbedaan, permasalahan serta kesiapan dan ketangguhan hamba itu sendiri, dimana hal tersebut dapat dilihat melalui perasaan, hati dan logika manusia. 

Sebagaimana terjadi pada tahun 2020 lalu dalam sebuah permasalahan melalui suatu ujian berbentuk "Wabah" dimasa pandemi Covid-19 (Corona) ketika itu. Dimana penyakit yang Allah berikan tersebut berupa sebuah ujian kebahagiaan. 

"Sanggupkah hambanya, mengolah, merawat serta mencari jalan keluar dari setiap persoalan yang muncul??

Ketahuilah, Sebagaimana disampaikan, Buya Amran Wali kepada para jamaah majelis ilmu dalam setiap tausiyahnya,

" Kehidupan manusia mesti naik kelas, dalam artian naik kelas diantarnya melalui, Berprasangka, Berperasaan, Berlogika dan bertindak dalam setiap gerak langkah kearah kebaikan. 

Kehidupan ini pada hakikatnya merupakan sebuah perjalanan yang  berakhir pada titik Finis berbetuk sebuah liang Lahat (kubur) sesuai dengan jadwal masing2 yang telah ditentukan. Seyogyanya diketahui akhir jarum jam tersebut tidak akan pernah "Molor" baik maju atau di mundurkan. Maka dari itu, isilah dengan berbagai Kebaikan-kebaikan Amaliah yang dapat dijadikan sebagai bekal dan modal, serta nilai "Naik Kelas" dalam meniti perjalanan sebuah kehidupan.

Sangat Perlu diperhatikan sebagai landasan", Sekiranya perjalanan kehidupan dilalui hanya sebatas Bangun, mandi, berkerja, tidur dan makan, sungguh sangat disesali. Sehingga patut dipertanyakan "Dimana juga perbedaannya antara manusia dengan kaum hewani ??

"Memang, itulah yang terjadi pada realita dan kenyataan melalui perjalan kehidupan, namun bukan dipandang dalam sebuah artian yang luas. Setiap ummat manusia memilki "Roadmapnya" yang berbeda, akan tetapi perlu juga diketahui bahwa, Kehidupan yang baik bukanlah hanya sekedar sebuah rutinitas belaka,

Dalam artian yang luas, kehidupan merupakan satu kesempatan guna mencurahkan potensi diri kita hingga bermanfaat bagi orang lain. Selain itu juga perlu dibarengi dengan membagi suka-duka dalam rangka membahagiakan orang yang disayangi, sehingga melalui sebuah hubungan yang harmonis dalam setiap pergaulan dan perusahaan yang lebih baik,

Seandainya dapat dipertanyakan; 

Berapa tahun sudah seseorang telah melalui kehidupan ini, Berapa tahun diantaranya menjalani hanya berupa sebuah rutinitas, Akankah sisa waktu  sebelum maut menjemput", Hanya sebatas dikorbankan untuk sebuah rutinitas semata ???

Haikal Anakku " Teruslah berbuat kebaikan-kebaikan Amaliah dalam meniti perjalanan hidup, bermuhasabah diri, bermunajat, bermohon keampunan dan keredhaan Allah yang dapat membawa keberkahan, sehingga pada suatu masa akan ada hamba-hamba yang merindukan dirimu, Khaliluddin seorang nelayan kawakan meriwayatkan sebuah nukilan kepada, Haikal sang putra sulungnya. (Red)

Penulis:
Hasan Basri S.Pd, MM
Kepala SMA N
Simpang Mamplam
Kabupaten Bireuen
Provinsi Aceh. (Red)