Cahaya Najwa !! Penyemangat Seragam Kuning

Iklan Semua Halaman


.

Cahaya Najwa !! Penyemangat Seragam Kuning

Redaksi @ reaksinews.id
Minggu, 18 Desember 2022
Foto: Ilustrasi (18/12)

BANDA ACEH | Rutinitas harian seorang ayah bangun terburu-buru setiap pagi dini hari menuju destinasi tanggung jawab sebagai petugas sebuah instansi naungan Pemerintah, lazim ditekuni disaat insan lain sedang asyik menyudahi sisa-sisa tidur malamnya,

Sedangkan sebagian hamba-hamba  sedang berpeluk kasih dengan memuja sang Khaliq melalui ibadah yang menjadi kewajiban, sementara, Abdul Muthalib bangun terburu-buru untuk melaksanakan tugas rutin sebagai pasukan kuning di jalan raya yang bersenjata lidi dan pangki.

Cleaning Servis menjadi sebuah keharusan bagi ayah Najwa Asyrafia yang di juluki teman-temannya ketika melihat penyapu membersikan sampah-sampah berserekan di sepanjang jalanan." Hai teman-teman lihat kesana" Sontak semua mata mengarahkan pada sosok lelaki separuh baya sedang menyapu jalan, 

Seketika teman-temannya "Tertawa" bahkan diantaranya diwarnai comoohan hingga lontaran kata kesat,

Sejatinya mereka tidak pernah tahu bahwa lelaki tersebut adalah ayah kebanggaan dan panutan sahabat disebelah yang cuma diam, tanpa  merasa marah dengan aksi teman-temannya." Walaupun adakalanya sebagian dari mereka hingga nyeleneh dengan ucapan

"Makanya om, kalau ngak sekolah, ya kerjanya yang gini-ginian "Amboi" cuil rekan Najwa.

Seketika, Najwa Asrafia menarik nafas dalam-dalam dan hanya itu yang termampu dilakukan." Cuma berdiam diri tanpa menghirau apalagi mengomentarinya. Melainkan berlalu begitu saja, barangkali teman-teman  tahu bahwa aku tidak suka mempermainkan serta berprilaku nyeleneh terhadap pekerjaan seseorang,

" Hakekatnya, kebahagian seseorang bukan di ukur dari apa yang dikerjai, melainkan yang mesti kita syukuri adalah sebuah pekerjaan halal yang didapati hingga ditekuni, gumam Najwa dalam hati.

Sepulang sekolah, Najwa membantu ibunda menyiapkan kebutuhan untuk usaha jualan gorengan pada sore hari di sisi jalan utama depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh di kota Banda aceh . 

Sore itu, Najwa Asrafia ditemani adik-adiknya (Nasihatun Maksudah dan M. Haqqin Nazily) dan Masyithah (Ibu) bersama mendorong gerobak menuju destinasi menggelar jajanan. Dimana jalan utama yang diyakini ramai pelanggan Lalu-lalang dan singgah membeli, walupun adakala hanya sekedar menyapa.

Bercirikan khas gadis Melayu (Aceh) Najwa Asrafia punya wajah sebagai magnet pesona para pelintas,  hingga menjadi daya tarik bagi pembeli untuk singgah menghampiri. Usaha ini hampir saban sore dilakukan bersama dan Alhamdulillah mampu membahagiakan sekeluarga,

Kami memang bukan penduduk ibu kota raja, namun orangtuaku telah memilihnya untuk merubah hidup kearah yang lebih baik, sekalipun ayahku berprofesi sebagai "Pasukan Berbaju Kuning" bersenjata sapu lidi dan pangki, kami bahagia dan tidak protes dengan pekerjaan  yang di lakoni ayahanda, Najwa mensyukuri.

Dicelah-celah waktu rehatnya waktu malam, Abdul Muthalib sering menasehati keluarga." Teruslah berprasangka baik kepada Allah SWT  juga kepada siapapun, tidak perlu menghabiskan energi positif yang hanya berprasangka buruk, apalagi membalas omelan orang yang tiada pernah bermanfaat. 

"Hidup adalah sebuah perjalanan yang mesti harus dilalui dengan segala daya upaya. Tidak ada gunanya melaporkan kondisi kehidupan pada siapapun juga, terkecuali pada sang Khaliq ( pemilik Rahman dan Rahim) Allah SWT, Abdul Muthalib berpesan.

Sebuah kata segar hingga tergiang-giang di telinga, jangan katakan pada teman-teman mu bahwa ayah seorang pasukan berbaju kuning bersenjata sapu lidi dan pangki. Najwa cuma diam, tidak membantah semua keinginan sang orangtua yang barangkali punya sesuatu firasat tersimpan dipikirannya. 

"Iya Ayah, sejatinya itulah jawaban yang tersahuti Najwa sang putri sulung Abdul Muthalib,
 
Najwa Asrafia bersekolah seperti biasa dipusat kota Banda Aceh di sebuah sekolah favorit tingkat menengah atas (SLTA) yang menurut orang banyak, itu merupakan sekolah orang hebat dari sudut pandang kualitas dan ekonomi.

Namun Najwa bersekolah disini karena pilihan orang tua dan dihantar langsung oleh sang ayah, berusaha berbaur sesama rekan tanpa sungkam." Toh mereka tidak tahu siapa dirinya dan keluarga dari kalangan mana. Secara lahiriah dan finansial ekonomi, sejatinya tidak ada kelayakan kesekolah ternama, 

"Tapi sudahlah!! Allah punya cara tersendiri untuk memfasilitasi hamba yang ingin maju merubah hidupnya, Najwa penuh keyakinan, 

bersambung -

Penulis:
Hasan Basri, S.Pd, MM
Kepsek SMAN 1 Simpang Mamplam
Kabupaten Bireuen (Aceh)