Waled Zulfitri Samalanga Kultum Pamungkas Di Mesjid Agung

Iklan Semua Halaman


.

Waled Zulfitri Samalanga Kultum Pamungkas Di Mesjid Agung

Redaksi @ reaksinews.id
Sabtu, 06 April 2024
Foto: Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Samalanga, Waled Zulfitri M.Sos sampaikan Kultum di Mesjid Agung Sultan Jeumpa Bireuen (4/4)

BIREUEN-REAKSINEWS.ID | Waled Zulfitri M.Sos, menjadi penceramah Pamungkas Kultum Tim Kementerian Agama, di mesjid Agung Sultan Jeumpa Kabupaten Bireuen.

Sebanyak 9 kali, 3 hari seminggu dari Tanggal 18 Maret hingga 4 April 2024, Kemenag Bireuen mengambil bagian dalam Ceramah singkat/ Kuliah Tujuh Menit (Kultum) Ba'da Dhuhur di Mesjid Agung Sultan Jeumpa.

Dalam Kuliah Tujuh Menit itu, Kepala KUA Kecamatan Samalanga mengatakan, 10 Awal dan 10 hari terakhir Ramadhan merupakan hari keberkahan amalan untuk meraih gelar Muttaqin, katanya dalam kultum Ba'da Dhuhur, Kamis (5 Maret 2024).

"Ureung han'ek bek ta pakat
Ureung han jak bek ta maba" orang tak mau jangan kita ajak dan orang tidak mau pergi jangan kita bawa. Ungkapan itu disebut Waled Zul saat kultum hari ke 24 Ramadhan di Mesjid Agung Sultan Jeumpa

10 akhir Ramadhan merupakan final penyelenggaraan even Ibadah yang banyak rintangan, serta gejolak godaan agar kita tidak sampai sempurna ke garis finish dan merdeka bebas dari Dosa di hari Idul Fitri, sebutnya.

Dihadapan jamaah shalat dhuhur mesjid kebanggaan kota santri itu Waled membaca pantun Aceh " Pok yee yee boeh ara itam tangkee yang putiek ta prom di lee yang masak tapajoh lee, 

Maksudnya, pergunakan kesempatan yang telah ada dengan tidak perlu menunggu kesempatan lain yang lebih sempurna, bahasa simpelnya menggunakan kesempatan yang ada lebih pasti dari bermimpi dengan yang belum pasti ada.

Dalam ceramah singkat itu dijelaskan, Sekiranya diantara kita merasa malas beribadah di bulan puasa dengan alasan kurang sehat, apalagi terlintas di pikiran akan menyempurnakan pada Bulan Ramadhan mendatang dan adakalanya berencana untuk menunaikan saat usia lanjut,

"Ingat, mati tidak menunggu seseorang hamba itu dalam kondisi sehat ataupun kuat, tua dan muda, karena kematian datangnya selalu tiba-tiba,

Iblis itu selalu ada pada empat kondisi manusi sebagaimana pernah disampaikannya kepada Nabiyullah Yahya Alaihisalam yaitu, saat manusia senang, sedih, saat menghadapi masalah dan berduka" kata Waled.

Untuk itu, ada beberapa sikap yang perlu diperhatikan dalam meraih Ridha dan mendapat perlindungan dari Allah diantaranya,

Mensyukuri atas nikmat yang diberi, saling memaafkan, menahan emosi dan amarah. Sekiranya melakukan sesuatu yang berdosa dengan makhluk Allah, tentunya perlu segera meminta maaf kepada bersangkutan secara langsung,

ومن تاب ولم يرضى الخصماء فليس بتاءب
Barangsiapa mengaku bertaubat tetapi tidak memaafkan musuhnya maka dia belum bertaubat.

Sekiranya hal-hal tersebut mampu kita lakukan selama menjalankan ibadah puasa," Insya Allah Dirahmati (Pengampunan) dibulan suci ini, niscaya di 10 terakhir Ramadhan nantinya mendapatkan Ittiqum minannar (bebas dari api neraka) dan kita benar-benar merdeka saat Tibanya Idul fitri.

Antara 10 hari pertama, 10 kedua dan 10 terkahir Ramadhan itu saling berhubungan." Tidak akan sempurna Ibadah hamba di bulan Ramadhan jika satu Bulan yang Allah berikan untuk ummat Nabi Muhammad SAW ini kita pisah-pisahkan dalam beribadah dan ber ubudiah, tutup Waled Samalanga.(MI/Fadel)