Lari Dari Aspirasi: Kantor DPRK Aceh Tengah Disegel Massa

Foto: Massa Aliansi Masyarakat Gayo (AMG) Menyegel Kantor DPRK Aceh Tengah (11/9) 

TAKENGON,REAKSINEWS.ID | Ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Gayo (AMG) melakukan aksi unjuk rasa jilid II di Takengon, Aceh Tengah, Kamis (11/9/2025). Puncaknya, mereka menyegel kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah dengan rantai sebagai simbol tertutupnya ruang demokrasi.

Langkah itu diambil setelah Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tengah kembali absen menemui pengunjuk rasa. Ketidakhadiran tersebut memicu kekecewaan mendalam dan dinilai sebagai tanda lemahnya kepemimpinan daerah.

“Bupati dan wakil bupati tidak berani menemui rakyatnya. Ini bukti nyata kepemimpinan yang rapuh,” ujar Koordinator AMG, Gilang Ken Tawar, dalam orasinya.

Dalam aksinya, AMG menegaskan sejumlah tuntutan, mulai dari keadilan sosial, peningkatan kesejahteraan masyarakat, hingga penyelamatan sumber daya alam yang dinilai terancam oleh kebijakan daerah. Namun, menurut massa, aspirasi itu tidak kunjung mendapat respons.

Foto: Aliansi Masyarakat Gayo Gelar unjuk rasa di halaman kantor DPRK Aceh Tengah (11/9) 

Aksi penyegelan kantor DPRK, lanjut Gilang, menjadi perlawanan simbolis bahwa jalur dialog antara pemerintah daerah dan masyarakat seolah terputus. “Kalau pintu demokrasi tidak dibuka, rakyat sendiri yang akan menggembok kepercayaan terhadap pemimpin,” tegasnya.

AMG memastikan aksi ini tidak berhenti di sini. Mereka mengultimatum, apabila kepala daerah tetap menutup diri, gelombang massa akan semakin besar.

“Senin (15/9), kami akan turun lagi dengan jumlah yang lebih banyak. Jangan salahkan rakyat kalau perlawanan semakin meluas,” kata Gilang disambut sorakan massa.

Aksi jilid II ini menandai semakin lebarnya jarak antara rakyat dan pemerintah daerah di Aceh Tengah. Ketidakmauan kepala daerah membuka ruang komunikasi dianggap memperbesar potensi ledakan sosial.

Masyarakat kini menaruh tanda tanya besar: apakah pemerintah daerah masih berpihak pada rakyat, atau justru menjauh dan lari dari denyut aspirasi warganya sendiri? (Rimueng)