Foto: Pengemis terjaring Operasi Dinsos di Trafik light Simpang Empat Bireuen pukul 09:42 pagi (15/8)
BIREUEN,REAKSINEWS.ID | Pagi itu, Jumat (15/8/2025), tiga pengemis dijaring petugas Dinas Sosial (Dinsos) Bireuen di Simpang Empat pusat kota. Wajah mereka terekam jelas: dua perempuan paruh baya dan satu pria muda. Semua berasal dari Kabupaten Aceh Utara.
Namun, hanya satu jam berselang, pukul 11.00 WIB, tiga sosok yang sama kembali berdiri di titik semula. Tangan mereka terulur ke arah pengendara, seakan razia yang baru saja berlangsung tak pernah terjadi.
Fenomena ini menegaskan celah besar dalam penanganan gelandangan dan pengemis di Bireuen: operasi tanpa tindak lanjut hukum.
Foto: Pengemis yang terjaring Operasi kembali menjamur di Trafik light Simpang Empat Bireuen, pukul 11:00 (15/8)
Regulasi Mandek di Kabupaten
Kepala Dinsos Bireuen, Ismundar, melalui Kabid Rehabilitasi Sosial, Asnidar SE, mengakui pihaknya hanya bisa mengedukasi, membina, dan mendata. “Kami tidak punya kewenangan menahan atau memberi sanksi karena belum ada regulasi yang menjadi dasar hukum di tingkat kabupaten,” ujar Asnidar.
Akibatnya, setiap kali pengemis terjaring, mereka hanya diminta membuat pernyataan lalu dilepas. Hasilnya bisa ditebak: mereka kembali ke titik strategis—lampu merah—dalam hitungan menit.
Warga Luar Daerah Dominan
Sridayati SE, Kasi Rehabilitasi Sosial, menambahkan sebagian besar pengemis yang tertangkap adalah warga dari luar Bireuen. “Program pembinaan ada di tingkat provinsi. Kalau warga luar, kami hanya bisa mengarahkan pulang. Untuk warga lokal, kami koordinasikan dengan pemerintah gampong,” ujarnya.
Namun fakta di lapangan menunjukkan, tanpa koordinasi lintas daerah dan dukungan aparat, instruksi “pulang” nyaris mustahil dipatuhi.
Simbol Kegagalan Penertiban
Simpang Empat Bireuen kini menjadi “panggung” yang subur bagi pengemis musiman. Mereka memanfaatkan kelengahan penegakan aturan, bergerak cepat mengisi celah waktu antara operasi dan patroli berikutnya.
Tanpa regulasi tegas dan sinergi antarwilayah, operasi Dinsos hanya akan menjadi rutinitas tanpa efek jera—sementara lampu merah Bireuen tetap menjadi arena perburuan receh para pengemis.(**)