Sekolah: Beyond Numbers and Empty Promise

Oleh: Hasan Basri


Foto: Hasan Basri,S.Pd,.MM

BIREUEN, ACEH,REAKSINEWS.ID | Dalam lanskap pendidikan modern, sekolah sering dianggap sebagai stepping stone menuju masa depan yang lebih cerah. Namun, jika kita telaah lebih dalam, sekolah sejatinya tidak pernah secara eksplisit menjanjikan pekerjaan atau kesuksesan finansial bagi para lulusannya. Sekolah adalah institution of knowledge, sebuah jembatan intelektual yang membekali siswa dengan bekal berpikir kritis dan pemahaman atas kompleksitas dunia.

Namun, seiring waktu, muncul ironi yang tak dapat diabaikan: meski sistem pendidikan dibangun dengan idealisme, realitas di lapangan sering kali mempertanyakan efektivitasnya. Siswa menghabiskan bertahun-tahun dalam ruang kelas, mempelajari berbagai subjects dan teori, namun yang tertinggal hanyalah angka—nilai ujian yang tampak impresif di atas kertas, namun kerap hampa dalam penerapannya di dunia nyata.

Dalam paradigma saat ini, academic achievement sering dijadikan tolok ukur utama keberhasilan. Padahal, pengetahuan semata tanpa praktik dan aktualisasi hanya akan menjadi potensi tak tergarap. Knowledge is power, namun kekuatan itu menjadi tak berarti jika tidak diubah menjadi aksi nyata—entah dalam bentuk problem solving, inovasi sosial, atau bahkan sekadar kontribusi nyata bagi komunitas lokal.

Kita harus jujur melihat fakta bahwa hanya segelintir lulusan yang mampu bertransformasi menjadi changemakers—entrepreneur muda, pemikir kreatif, atau pencipta solusi atas isu-isu masyarakat. Sebagian besar masih terjebak dalam pola lama: mencari pekerjaan, bukan menciptakannya.

Apakah ini berarti sekolah gagal? Tidak sepenuhnya. Namun, ini merupakan wake-up call. Sudah waktunya kita melakukan refleksi besar: apakah kurikulum kita hanya mengajarkan rote memorization, ataukah sudah memberi ruang bagi eksplorasi, critical thinking, dan semangat entrepreneurship?

Jika sekolah adalah jembatan, maka ia harus cukup kokoh dan visioner untuk mengarahkan peserta didik menyeberangi derasnya tantangan zaman. Pendidikan harus melampaui angka—beyond grades—and deliver meaningful learning outcomes.

Sudah saatnya pendidikan kita tidak lagi hanya fokus pada pencapaian akademis semata, tetapi juga membentuk growth mindset, menanamkan keberanian untuk berinovasi, dan mendorong siswa untuk menjadi creators, bukan hanya job seekers.

Transformasi ini tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan, tetapi juga masyarakat, orang tua, pemerintah, dan sektor industri. Masa depan bangsa tidak ditentukan oleh generasi yang sekadar pandai, tetapi oleh mereka yang resilient, kreatif, dan mampu mengintegrasikan pengetahuan dengan aksi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.


Bireuen, Aceh 22 Juni 2025

Penulis: Hasan Basri,.S.Pd,.MM

Pengamat Pendidikan

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak