Oleh: Rika Amelia
Foto: Rika Amelia (doc)
PANTAI KUALA, ACEH,REAKSINEWS.ID | Dalam kesunyian yang menggema di tepi Pantai Kuala, angin malam menyentuh wajahku lembut seperti ingin menenangkan hati yang lelah. Di antara riak gelombang yang datang silih berganti, aku belajar memahami bahwa hidup tak selalu tentang tenang dan pasang, tetapi juga tentang badai dan keterpurukan—yang datang tanpa permisi, seringkali tanpa alasan.
Berbekal semangat yang kutanam dalam-dalam dan ketegaran hati yang kupelihara dalam sepi, aku mencoba menyalakan pelita kehidupan. Bukan untuk orang lain, melainkan untuk diriku sendiri—agar tak tersesat dalam gelap yang diciptakan oleh dunia yang tak selalu ramah.
Kadang, gelombang suram datang menyapa di balik kelam. Ia tak mengetuk, hanya hadir begitu saja—dalam diam yang menyesakkan. Saat orang lain terlelap dalam damai malam, aku sering terjaga, berdialog dengan sunyi, berteman dengan kesendirian yang menjelma menjadi teman paling setia.
Impian akan mahligai cinta kerap kali terombang-ambing. Ia seperti perahu kecil yang dihantam badai, berusaha bertahan di tengah derasnya arus lingkungan yang tak henti menguji. Seperti pungguk yang merindukan rembulan, aku menatap jauh sesuatu yang mungkin tak akan pernah benar-benar dapat kugapai.
Rindu, yang semula ingin kubuang, justru bersembunyi dalam-dalam dan tumbuh menjadi akar. Ia menyelinap dalam sela-sela hari, membisikkan kenangan yang tak pernah padam, sekalipun aku berusaha menepis cinta dari hati yang sempat hampa, namun tetap kucoba perjuangkan.
Di balik rindu itu, ada kasih yang pernah tumbuh sejak pertemuan yang tak pernah kurencanakan. Ia hadir tiba-tiba, menyusup ke ruang hati yang semula kosong, lalu menetap dalam diam. Aku ingin meraihnya, namun terhalang hijab yang belum mampu kutembus—bukan karena tak mampu, melainkan karena waktu belum memberi restu.
Aku mencoba berdamai dengan sekitar, mencari makna kasih di antara mereka yang kutemui, berharap ada satu pelabuhan yang bisa kujadikan tempat berlabuh. Tapi semuanya seperti fatamorgana—tampak dekat, namun tak pernah benar-benar bisa kuraih.
Langkahku pun kuayun lagi. Meski lunglai, aku terus berjalan. Meski kabur arah, semangat tak sepenuhnya mati. Dalam bayang-bayang mimpi yang tak pasti, aku tetap berharap pada kasih yang suci—yang lahir bukan dari keinginan sesaat, melainkan dari hati yang benar-benar ingin dimiliki dan memiliki.
Sebab dalam keyakinanku, setiap insan berhak atas cinta. Setiap jiwa layak untuk bahagia. Perjuangan ini, betapapun getir, tak boleh berhenti di tepi. Karena aku percaya, sejauh apapun perjalanan, akan ada pantai tempat bersandar.
Pantai Kuala Aceh, 21 Juni 2025
Rika Amelia