Harus Bisa! Konseling Bukan Sebatas Tugas Guru BK Semata

Foto: Hasan Basri.,S.Pd.,MM

BIREUEN,REAKSINEWS.ID | Gagasan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, tentang pentingnya penguasaan kemampuan konseling oleh seluruh guru dinilai sebagai langkah strategis yang mampu memperkuat sistem pendidikan nasional secara holistik. Pernyataan ini menuai dukungan dari berbagai kalangan pendidikan, termasuk dari Hasan Basri, S.Pd., MM, pengamat pendidikan asal Aceh.

Menurut Hasan, selama ini praktik konseling masih cenderung dibebankan kepada guru bimbingan dan konseling (BK), yang jumlahnya terbatas di banyak sekolah. Sementara itu, kompleksitas persoalan siswa sering kali membutuhkan penanganan lebih awal dan lebih dekat dari para guru mata pelajaran yang berinteraksi langsung dengan siswa setiap hari.

“Guru BK memang memiliki kompetensi utama dalam layanan konseling, tetapi keterlibatan guru mata pelajaran dalam mengenali dan merespons dinamika psikologis siswa akan mempercepat proses deteksi dan penanganan masalah,” ujar Hasan kepada Reaksinews.id, Senin (14/7/2025), di Bireuen.

Dalam pandangan Hasan, pendidikan seharusnya tidak sekadar menjadi instrumen pencapaian nilai akademik. Peserta didik adalah individu utuh yang memiliki aspek kognitif, emosional, sosial, dan psikologis yang saling terintegrasi. 

Masalah motivasi rendah, krisis percaya diri, hingga kesulitan interaksi sosial kerap menjadi hambatan belajar yang luput dari perhatian karena dianggap di luar wilayah akademik.

“Sering kali siswa yang punya potensi akademik justru menunjukkan perilaku apatis atau malas belajar. Ini bukan sekadar soal pelajaran, tapi ada faktor emosional dan psikologis di baliknya,” tambahnya.

Potensi itu pasti dan memungkinkan, sekiranya lingkungan pendidikan membekali semua guru dengan kompetensi konseling dasar, niscaya sejumlah manfaat besar dapat diperoleh. Antara lain, guru dapat:

  • Mengidentifikasi dini gejala masalah yang dialami siswa, baik akademik maupun personal.
  • Memberikan intervensi awal yang relevan sesuai konteks pelajaran.
  • Membangun hubungan emosional yang sehat dengan siswa.
  • Meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri peserta didik.
  • Menopang efektivitas proses pembelajaran secara keseluruhan.

Sinergi Peran, Bukan Tumpang Tindih dan Harus Bisa.'' Hasan menegaskan, pelibatan guru mata pelajaran dalam peran konseling tidak berarti mengecilkan atau menggantikan fungsi guru BK. Sebaliknya, justru membuka ruang kolaborasi dan sinergi dalam mendampingi siswa.

“Guru BK tetap menjadi pusat rujukan dan penanganan kasus yang kompleks. Mereka juga bisa berperan sebagai pelatih internal bagi guru lainnya dalam penguatan pendekatan konseling yang kontekstual,” jelas Hasan.

Lebih lanjut, pendekatan ini sejalan dengan paradigma pendidikan holistik dan pembelajaran mendalam (deep learning) yang mendorong guru menjadi fasilitator perkembangan siswa secara menyeluruh, bukan sekadar pengajar materi.

Langkah Menteri Abdul Mu’ti dinilai sebagai angin segar dalam reformasi pendidikan, terutama dalam menciptakan ekosistem belajar yang lebih empatik dan manusiawi.

“Kita tidak hanya ingin mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tapi juga tangguh secara mental dan sosial. Di sinilah pentingnya konseling menjadi kompetensi kolektif guru,” tutup Hasan. 


Reporter: Tim Reaksinews.id

Editor: Redaksi Pendidikan Bireuen, Aceh — 14 Juli 2025

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak