Foto: Pelaksanaan Posyandu di Gampong Lawang, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Aceh (11/6)
BIREUEN,REAKSINEWS.ID | Selama enam bulan terakhir, layanan Posyandu di Gampong Lawang, Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Aceh, tetap berjalan meski tanpa dukungan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita, ibu hamil, dan lansia. Kondisi ini menjadi perhatian masyarakat karena berdampak pada semangat dan partisipasi warga dalam kegiatan kesehatan rutin tersebut.
Pelayanan Posyandu di gampong tersebut masih dijalankan secara rutin setiap bulan oleh kader-kader Posyandu dan dibantu oleh unsur pemerintahan desa. Namun, sejak pergantian kepemimpinan desa—dari Keuchik definitif ke Penjabat (Pj) Keuchik—pengadaan PMT tak lagi dilakukan karena tidak tersedia alokasi anggaran.
Miris “Selama enam bulan ini, kami hanya bisa melayani pemeriksaan dasar seperti cek tekanan darah, gula darah, dan penimbangan balita. PMT yang biasanya tersedia setiap Posyandu, kini tidak ada lagi,” ujar Marlinda, selaku bendahara Posyandu, Rabu (11/6/2025).
Ketiadaan PMT ini sangat dirasakan oleh para ibu dan anak-anak. Marlinda menambahkan, banyak balita yang dengan polos bertanya kepada ibunya, “Hana makanan sapue lagoe, Mak?” (Kenapa tidak ada makanan apa-apa, Mak?). Ketiadaan jawaban konkret dari para ibu menunjukkan kekecewaan dan rasa kehilangan yang mendalam terhadap layanan yang sebelumnya sudah menjadi bagian dari rutinitas masyarakat.
PMT selama ini berfungsi penting sebagai pemenuhan gizi seimbang bagi balita, ibu hamil, menyusui, ibu nifas, serta lansia. Pemerintah Gampong Lawang sebelumnya telah mengalokasikan program khusus seperti Bu Gateing—tujuh kali setahun khusus bagi ibu hamil—yang juga dilengkapi dengan pemberian bingkisan perlengkapan bayi.
Namun, sejak perubahan kepemimpinan desa, semua kegiatan tersebut terhenti. Bendahara Posyandu Gampong Lawang mengungkapkan bahwa upaya koordinasi telah dilakukan dengan Penjabat Keuchik Tgk. Akmal, namun respons yang diterima sangat minim.
“Kami sudah tanyakan ke Pj Keuchik, tapi jawabannya hanya, ‘Hana peing meu sineuk pih bak long’ (Tidak ada uang sedikit pun sama saya),” ungkap Ketua Pembina Posyandu.
Bukan hanya PMT yang terhenti, honor para kader Posyandu pun sudah enam bulan tidak dibayarkan. Kondisi ini berdampak signifikan pada antusiasme masyarakat. Jika sebelumnya Posyandu dihadiri oleh puluhan warga dari berbagai kelompok usia, kini hanya tersisa 20 lansia, 19 balita, dan 1 ibu hamil yang hadir pada kegiatan terakhir, Rabu (11/6).
“Kami sudah komit dengan arahan dari Puskesmas Peudada untuk melaksanakan Posyandu sesuai standar, termasuk PMT. Tapi jika tidak ada dukungan anggaran, bagaimana bisa? Kami khawatir partisipasi warga akan terus menurun,” kata Marlinda.
Masyarakat berharap agar pemerintah Kecamatan Peudada dan Pemerintah Kabupaten Bireuen dapat turun tangan langsung melihat kondisi di lapangan. Warga ingin agar program kesehatan masyarakat ini kembali mendapat perhatian serius, mengingat peran strategis Posyandu dalam upaya promotif dan preventif di tingkat desa, ungkapnya.
Hingga berita ini diterbitkan, Penjabat Keuchik Gampong Lawang, Tgk. Akmal, belum dapat dimintai keterangan resmi terkait penghentian PMT dan insentif kader Posyandu.(**)