Oleh: Juwaini Husen
Foto: Juwaini Husen
BIREUEN,REAKSINEWS.ID | Tak ada yang lebih menyakitkan daripada dikhianati oleh seseorang yang pernah kita beri kebebasan sepenuhnya—seseorang yang kita percayai tanpa syarat. Namun, itulah yang terjadi.
Kau datang dengan janji manis dan wajah bersih dari prasangka. Aku menyambutmu tanpa pertanyaan, mengabaikan sinyal-sinyal kecil yang mestinya jadi peringatan. Tapi hatiku—ah, terlalu polos untuk mencurigai.
Ketika kesalahanmu perlahan terkuak, alih-alih jujur, kau sibuk merangkai dalih. Seakan-akan ketidaksengajaan bisa jadi tameng untuk setiap kebohongan. Luka demi luka kau sumbangkan, bukan dengan tangan, tapi dengan sikap, nafsu dunia dan ketidakpedulian.
Aku mencoba berbenah, menanggalkan ego yang selama ini membalut luka lama. Namun yang kudapat justru amarahmu, spontan, tak terduga. Padahal yang kuinginkan hanya saling memahami.
Kupikir, barangkali karma akan datang sebagai penyeimbang. Bahwa semesta akan mengguratkan pelajaran dalam hidupmu. Tapi kenyataan berkata lain—kau kembali menyayat, tepat di hati yang kian rapuh.
Kini aku tahu, bukan tentang siapa yang salah atau benar. Ini tentang keberanian untuk menyikapi nyeri luka yang terus dipelihara. Tentang memilih dan memilah, disaat aku sedang berjuang.'' Nyatanya ada peliharaan lain terlalu memaksa dan mengemis kemolekan dibalik dalih nafsu dunia.
Lheue Simpang
Jeunieb, Bireuen
12 Mei 2025